Alhamdulillah, shalawat serta salam semoga
senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabatnya.
Di
kehidupan ini, terkadang kita mendapatkan hal-hal yang menyenangkan dan
terkadang hal-hal yang menyakitkan dan menusuk kalbu. Kita semua tentunya
pernah mengalami perihnya menghadapi kenyataan hidup. Di kala orang yang sangat
kita cintai ternyata harus meninggalkan kita, atau ktika bisnis yang kita
mati-matian memperjuangkannya ludes karena ditipu orang, atau terkadang sebuah
harapan dan cita-cita yang ternyata gagal di tengah jalan. Bagi orang yang baik
mengkin ia bias menerimanya, meski harus ia tahan kenyataan pahit tersebut.
Namun, tak jarang kita jumpai
orang-orang yang tak bisa menerima kenyataan perih tersebut. Bukankah sering kita dengar orang
yang memilih bunuh diri hanya karena tak sanggup menerima keputusan ilahi
tersebut ? Juga alangkah banyaknya orang-orang yang harus minum pil penenang
karena frustasi akibat kegagalan usahanya. Bahkan ada juga yang sampai gila
hanya gara-gara kekasihnya sekarang tak mungkin lagi menerimanya.
Memang
tak bisa dimungkiri bahwa rasa sedih pasti ada ketika musibah menimpa. Bahkan
Rasulullah SAW pun pernah menangis ketika putranya, Ibrahim, meninggal dunia.
Beliau mengatakan: “Sesungguhnya mata bisa menangis, hati bisa bersedih, tetapi
kami tidak mengatakan kecuali apa yang Allah SWT ridhai..” (HR. Bukhari no.
1241)
Namun
permasalahannya, haruskah kesedihan itu berlarut-larut menyelimuti jiwa?
Salahkan Allah SWT? Kenapa ini terjadi pada diri kita? Apakah Allah SWT sudah
muak terhadapa diri kita. Tentu jawabnya “Tidak”. Mudah-mudahan secercah goresn
tinta ini, bisa menjelaskan jawaban “Tidak” tersebut dan bisa menyeka tangis
haru dari saudara-saudaraku yang sedang ditimpa musibah.
Takdir Itu Pasti Terjadi !
Yakinilah
bahwa semua yang terjadu itu adalah takdir yang pasti terjadi, ia adalah
ketentuan ilahi yang telah ditetapkan 50.000 tahun sebelum Allah SWT
menciptakan langit dan bumi. Firman Allah, yang artinya :
22. tiada suatu bencanapun yang
menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis
dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah.
23. (kami jelaskan yang demikian itu)
supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu
jangan terlalu gembira[1]
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai Setiap orang
yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Al-Hadid : 22-23)
Rasulullah
SAW bersabda: “Allah SWT telah menulis (menetukan) seluruh takdir makhluk-Nya
50.000 tahun sebelum Dia ciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 2653)
Kalau
memangdemikian halnya, maka ikhlaskanlah semua apa yang telah terjadi serta
berharaplah kepada Allah SWT akan kebaikan dan kemudahan setelahnya.
Dalam Kisah Mereka Terdapat Pelajaran
!
Imam
Bukhari telah meriwayatkan hadits yang panjang tentang kisah wafatnya
Rasulullah SAW. Aisyah menuturkan : Ketika Rasulullah wafat dan Abu Bakar
mendengar berita duka tersebut ia segera datang dengan mengendarai kudanya dari
tempatnya di as-Sunhil (sebuah tempat
yang tinggi). Begitu sampai, beliau langsung mas masjid dan tidak berbicara kepada siapapun
hingga masuk menemui Aisyah dan mendatangi jenazah Nabi SAW yang ditutupi kain
beludru hibarah. Abu Bakar menyingkap penutup ajah RAsulullah SAW kemudian
bersimpuh mencium beliau kemudian menangis. Ia berkata : “Ayah dan ibuku jadi
tebusan-Nya, Allah tidak akan mengumpulkan dua kematian atasmu, adapun kematian
yang telah ditetapkan atasmu engkau telah menjalaninya.”
Kemudian
Abu Bakar keluar, sedang Umar berbicara kepada orang banyak. Abu Bakar berkata
: “Duduklah hai Umar!” Namun Umar menolak duduk. Maka orang banyak pun
mengalihkan pandangan mereka Abu Bakar dan meninggalkan Umar. Abuk Bakar
berkata : “Amma Ba’du, siapa di
antara kalian yang menyembah Muhammad maka sesungguhnya Muhammad telah wafat.
Dan barabg siapa menyembah Allah SWT, maka Allah SWT adalah Yang Maha Hidup dan
tidak akan mati.” Allah SWT berfirman, yang artinya :
144. Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh
telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul[2].
Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?
Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan
mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan kepada
orang-orang yang bersyukur.(QS. Ali Imran : 144)
Ibnu Abbas berkata : “Demi Allah,
seolah-olah orang banyak tidak mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat
tersebut hingga Abu Bakar membacakannya. Maka orang-orang pun menerima ucapan
Abu Bakar. Tidak aku dengar seorang pun melainkan ia membacanya.
Ibnul
Musayyib berkata : “Umar berkata : “ Demi Allah, seolah aku baru tahu ayat itu
ketika aku mendengar Abu Bakar membacanya. Aku pun terkulai lemas sehingga dua
kakiku tak mampu menopang tubuhku. Hingga aku jatuh ke lantai ketika aku
mendengar Abu Bakar membacakannya. Barulah aku sadari bahwa Rasulullah
benar-benar wafat.” (HR.Bukhari no.4187)
Itulah
penggalan kisah yang mengharukan yang merupakan musibah terbesar yang menimpa
para sahabat waktu itu, hingga orang setegar Umar pun tak mampu menerimanya.
Namun, lihatlah sikap Abu Bakar tersebut, ketika orang yang paling ia cintai
harus meninggalkannya. Tidak ada kata-kata yang bisa kita ucapkan kecuali :
“Alangkah kokoh keimanan dan ketegaranmu, wahai Abu Bakara!”
Sikap
Seorang Muslim yang Baik
Rasulullah
SAW bersabda: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya
adalah baik baginya dan kebaikan ini tidak dimiliki oleh selain seorang mukmin.
Apabila mendapat kesenangan ia bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya. Dan
apabila mendapat musibah ia bersabar dan itulah yang terbaik untuknya.”
(HR.Muslim no. 2999)
Begitulah
semestinya sikap setiap muslim, ia akan bersabar ketika dittimpa musibah karena
ia tau bahwa semuanya adalah milik Allah SWT dan ia tidak sombong atas
kenikmatan yang ia dapat karena pada hakikatnya Allah-lah yang memberinya.
Kiat-Kiat Tabah Menghadapi Cobaan
Mudah-mudahan
langkah-langkah berikut dapat meringankan musibah yang menimpa kita :
1.
Meyakini Bahwa Allah SWT Sangat Mencintai
& Menyayangi Kita
Rasulullah SAW bersabda : “Sungguh Allah SWT lebih menyayangi
hamba-hamba-Nya melebihi kasih saying seorang ibu terhadap anaknya.”
(HR.Bukhari no. 5653 & Muslim no. 2754)
2.
Meyakini Bahwa Itu Semua Adalah Ujian Dari
Allah SWT & Merupakan Bukti Bahwa Allah SWT Mencintai Kita
Ya, ujian itu adalah bukti perhatian dan kasih saying Allah SWT
kepada kita. Rasulullah SAW bersabda : “Dan sesungguhnya Allah SWT,apabila
mencintai suatu kaum maka Dia beri cobaan.” (Lihat Silsilah ash-Shahihah no.
146)
3.
Meyakini Bahwa Tidaklah Allah SWT Memberikan
Cobaan Melainkan Sebatas Kemampuan Kita
Allah tidak pernah memberikan musibah yang menghancurkan dada dan
memecahkan kepala, akan tetapi Dia member cobaan sesuai dengan kemampuan kita.
Firman Allah, yang artinya :
286. Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala
(dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum
Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau
bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang
sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak
sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah
kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang
kafir." (QS. Al-Baqarah : 286)
4.
Bayangkan Pahala yang Didapat Bagi Orang-Orang
yang Bersabar
Dan sesungguhnya pahala itu semakin besar ketika cobaan itu
semakin berat. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya besarnya ganjaran sesuai
dengan besarnya musibah.” (Lihat Silsilah ash-Shahihah no.146)
Penutup
Maka seorang muslim
hendaknya selalu berbaik sangka kepada Allah SWT terhadap musibah yang telah
menimpanya. Dan yakinlah bahwa di balik musibah itu pasti terdapay hikmah yang
besar. Barangkali pernah kita dengar seseorang yang dipecat dari perusahaan
tempatnya mencari nafkah. Yang peristiwa pemecatatan itu memaksanya untuk
membuat usaha sendiri. Di kemudian hari dia menjadi seorang pengusaha besar.
Kita mempunyai
harapan dan keinginan, tetapi Allah SWT dengan sifat-Nya Yang Maha Penyayang,
mengehendaki yang lain. Suatu saat-Insya Allah-bisa kita pahami penjagaan Allah
SWT buat kita. Kita bisa sadar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Mungkin
sambil menangis haru kita bisa berkata lirih, “Ya Rabb, jangan tinggalkan aku…”
[1]
Yang dimaksud dengan terlalu gembira: ialah
gembira yang melampaui batas yang menyebabkan kesombongan, ketakaburan dan lupa
kepada Allah.
[2]
Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. ialah seorang manusia yang diangkat
Allah menjadi rasul. Rasul-rasul sebelumnya telah wafat. ada yang wafat karena
terbunuh ada pula yang karena sakit biasa. karena itu Nabi Muhammad s.a.w. juga
akan wafat seperti halnya Rasul-rasul yang terdahulu itu. di waktu
berkecamuknya perang Uhud tersiarlah berita bahwa Nabi Muhammad s.a.w. mati
terbunuh. berita ini mengacaukan kaum muslimin, sehingga ada yang bermaksud
meminta perlindungan kepada Abu Sufyan (pemimpin kaum Quraisy). Sementara itu
orang-orang munafik mengatakan bahwa kalau Nabi Muhammad itu seorang Nabi
tentulah Dia tidak akan mati terbunuh. Maka Allah menurunkan ayat ini untuk
menenteramkan hati kaum muslimin dan membantah kata-kata orang-orang munafik
itu. (Sahih Bukhari bab Jihad). Abu Bakar r.a. mengemukakan ayat ini di mana
terjadi pula kegelisahan di kalangan Para sahabat di hari wafatnya Nabi
Muhammad s.a.w. untuk menenteramkan Umar Ibnul Khaththab r.a. dan
sahabat-sahabat yang tidak percaya tentang kewafatan Nabi itu. (Sahih Bukhari
bab Ketakwaan Sahabat).