Al-Qur'anul Karim

Al-Qur'anul Karim

Selasa, 31 Januari 2012

KETIKA ALLAH SWT BERKEHENDAK LAIN

            Alhamdulillah, shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
            Di kehidupan ini, terkadang kita mendapatkan hal-hal yang menyenangkan dan terkadang hal-hal yang menyakitkan dan menusuk kalbu. Kita semua tentunya pernah mengalami perihnya menghadapi kenyataan hidup. Di kala orang yang sangat kita cintai ternyata harus meninggalkan kita, atau ktika bisnis yang kita mati-matian memperjuangkannya ludes karena ditipu orang, atau terkadang sebuah harapan dan cita-cita yang ternyata gagal di tengah jalan. Bagi orang yang baik mengkin ia bias menerimanya, meski harus ia tahan kenyataan pahit tersebut. Namun, tak jarang kita jumpai  orang-orang yang tak bisa menerima kenyataan perih  tersebut. Bukankah sering kita dengar orang yang memilih bunuh diri hanya karena tak sanggup menerima keputusan ilahi tersebut ? Juga alangkah banyaknya orang-orang yang harus minum pil penenang karena frustasi akibat kegagalan usahanya. Bahkan ada juga yang sampai gila hanya gara-gara kekasihnya sekarang tak mungkin lagi menerimanya.
            Memang tak bisa dimungkiri bahwa rasa sedih pasti ada ketika musibah menimpa. Bahkan Rasulullah SAW pun pernah menangis ketika putranya, Ibrahim, meninggal dunia. Beliau mengatakan: “Sesungguhnya mata bisa menangis, hati bisa bersedih, tetapi kami tidak mengatakan kecuali apa yang Allah SWT ridhai..” (HR. Bukhari no. 1241)
            Namun permasalahannya, haruskah kesedihan itu berlarut-larut menyelimuti jiwa? Salahkan Allah SWT? Kenapa ini terjadi pada diri kita? Apakah Allah SWT sudah muak terhadapa diri kita. Tentu jawabnya “Tidak”. Mudah-mudahan secercah goresn tinta ini, bisa menjelaskan jawaban “Tidak” tersebut dan bisa menyeka tangis haru dari saudara-saudaraku yang sedang ditimpa musibah.

Takdir Itu Pasti Terjadi !
                Yakinilah bahwa semua yang terjadu itu adalah takdir yang pasti terjadi, ia adalah ketentuan ilahi yang telah ditetapkan 50.000 tahun sebelum Allah SWT menciptakan langit dan bumi. Firman Allah, yang artinya :
22. tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
23. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira[1] terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Al-Hadid : 22-23)
                Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT telah menulis (menetukan) seluruh takdir makhluk-Nya 50.000 tahun sebelum Dia ciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 2653)
                Kalau memangdemikian halnya, maka ikhlaskanlah semua apa yang telah terjadi serta berharaplah kepada Allah SWT akan kebaikan dan kemudahan setelahnya.

Dalam Kisah Mereka Terdapat Pelajaran !
                Imam Bukhari telah meriwayatkan hadits yang panjang tentang kisah wafatnya Rasulullah SAW. Aisyah menuturkan : Ketika Rasulullah wafat dan Abu Bakar mendengar berita duka tersebut ia segera datang dengan mengendarai kudanya dari tempatnya di as-Sunhil (sebuah tempat yang tinggi). Begitu sampai, beliau langsung mas   masjid dan tidak berbicara kepada siapapun hingga masuk menemui Aisyah dan mendatangi jenazah Nabi SAW yang ditutupi kain beludru hibarah. Abu Bakar menyingkap penutup ajah RAsulullah SAW kemudian bersimpuh mencium beliau kemudian menangis. Ia berkata : “Ayah dan ibuku jadi tebusan-Nya, Allah tidak akan mengumpulkan dua kematian atasmu, adapun kematian yang telah ditetapkan atasmu engkau telah menjalaninya.”
                Kemudian Abu Bakar keluar, sedang Umar berbicara kepada orang banyak. Abu Bakar berkata : “Duduklah hai Umar!” Namun Umar menolak duduk. Maka orang banyak pun mengalihkan pandangan mereka Abu Bakar dan meninggalkan Umar. Abuk Bakar berkata : “Amma Ba’du, siapa di antara kalian yang menyembah Muhammad maka sesungguhnya Muhammad telah wafat. Dan barabg siapa menyembah Allah SWT, maka Allah SWT adalah Yang Maha Hidup dan tidak akan mati.” Allah SWT berfirman, yang artinya :
144. Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul[2]. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.(QS. Ali Imran : 144)
                Ibnu Abbas berkata : “Demi Allah, seolah-olah orang banyak tidak mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat tersebut hingga Abu Bakar membacakannya. Maka orang-orang pun menerima ucapan Abu Bakar. Tidak aku dengar seorang pun melainkan ia membacanya.
                Ibnul Musayyib berkata : “Umar berkata : “ Demi Allah, seolah aku baru tahu ayat itu ketika aku mendengar Abu Bakar membacanya. Aku pun terkulai lemas sehingga dua kakiku tak mampu menopang tubuhku. Hingga aku jatuh ke lantai ketika aku mendengar Abu Bakar membacakannya. Barulah aku sadari bahwa Rasulullah benar-benar wafat.” (HR.Bukhari no.4187)
                Itulah penggalan kisah yang mengharukan yang merupakan musibah terbesar yang menimpa para sahabat waktu itu, hingga orang setegar Umar pun tak mampu menerimanya. Namun, lihatlah sikap Abu Bakar tersebut, ketika orang yang paling ia cintai harus meninggalkannya. Tidak ada kata-kata yang bisa kita ucapkan kecuali : “Alangkah kokoh keimanan dan ketegaranmu, wahai Abu Bakara!”
 
Sikap Seorang Muslim yang Baik
                Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya dan kebaikan ini tidak dimiliki oleh selain seorang mukmin. Apabila mendapat kesenangan ia bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya. Dan apabila mendapat musibah ia bersabar dan itulah yang terbaik untuknya.” (HR.Muslim no. 2999)
                Begitulah semestinya sikap setiap muslim, ia akan bersabar ketika dittimpa musibah karena ia tau bahwa semuanya adalah milik Allah SWT dan ia tidak sombong atas kenikmatan yang ia dapat karena pada hakikatnya Allah-lah yang memberinya.
 
Kiat-Kiat Tabah Menghadapi Cobaan
                Mudah-mudahan langkah-langkah berikut dapat meringankan musibah yang menimpa kita :
1.      Meyakini Bahwa Allah SWT Sangat Mencintai & Menyayangi Kita
Rasulullah SAW bersabda : “Sungguh Allah SWT lebih menyayangi hamba-hamba-Nya melebihi kasih saying seorang ibu terhadap anaknya.” (HR.Bukhari no. 5653 & Muslim no. 2754)

2.      Meyakini Bahwa Itu Semua Adalah Ujian Dari Allah SWT & Merupakan Bukti Bahwa Allah SWT Mencintai Kita
Ya, ujian itu adalah bukti perhatian dan kasih saying Allah SWT kepada kita. Rasulullah SAW bersabda : “Dan sesungguhnya Allah SWT,apabila mencintai suatu kaum maka Dia beri cobaan.” (Lihat Silsilah ash-Shahihah no. 146)

3.      Meyakini Bahwa Tidaklah Allah SWT Memberikan Cobaan Melainkan Sebatas Kemampuan Kita
Allah tidak pernah memberikan musibah yang menghancurkan dada dan memecahkan kepala, akan tetapi Dia member cobaan sesuai dengan kemampuan kita. Firman Allah, yang artinya :
286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir." (QS. Al-Baqarah : 286)

4.      Bayangkan Pahala yang Didapat Bagi Orang-Orang yang Bersabar
Dan sesungguhnya pahala itu semakin besar ketika cobaan itu semakin berat. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya besarnya ganjaran sesuai dengan besarnya musibah.” (Lihat Silsilah ash-Shahihah no.146)

Penutup

        Maka seorang muslim hendaknya selalu berbaik sangka kepada Allah SWT terhadap musibah yang telah menimpanya. Dan yakinlah bahwa di balik musibah itu pasti terdapay hikmah yang besar. Barangkali pernah kita dengar seseorang yang dipecat dari perusahaan tempatnya mencari nafkah. Yang peristiwa pemecatatan itu memaksanya untuk membuat usaha sendiri. Di kemudian hari dia menjadi seorang pengusaha besar.

        Kita mempunyai harapan dan keinginan, tetapi Allah SWT dengan sifat-Nya Yang Maha Penyayang, mengehendaki yang lain. Suatu saat-Insya Allah-bisa kita pahami penjagaan Allah SWT buat kita. Kita bisa sadar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Mungkin sambil menangis haru kita bisa berkata lirih, “Ya Rabb, jangan tinggalkan aku…”


 

[1] Yang dimaksud dengan terlalu gembira: ialah gembira yang melampaui batas yang menyebabkan kesombongan, ketakaburan dan lupa kepada Allah.

[2]  Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. ialah seorang manusia yang diangkat Allah menjadi rasul. Rasul-rasul sebelumnya telah wafat. ada yang wafat karena terbunuh ada pula yang karena sakit biasa. karena itu Nabi Muhammad s.a.w. juga akan wafat seperti halnya Rasul-rasul yang terdahulu itu. di waktu berkecamuknya perang Uhud tersiarlah berita bahwa Nabi Muhammad s.a.w. mati terbunuh. berita ini mengacaukan kaum muslimin, sehingga ada yang bermaksud meminta perlindungan kepada Abu Sufyan (pemimpin kaum Quraisy). Sementara itu orang-orang munafik mengatakan bahwa kalau Nabi Muhammad itu seorang Nabi tentulah Dia tidak akan mati terbunuh. Maka Allah menurunkan ayat ini untuk menenteramkan hati kaum muslimin dan membantah kata-kata orang-orang munafik itu. (Sahih Bukhari bab Jihad). Abu Bakar r.a. mengemukakan ayat ini di mana terjadi pula kegelisahan di kalangan Para sahabat di hari wafatnya Nabi Muhammad s.a.w. untuk menenteramkan Umar Ibnul Khaththab r.a. dan sahabat-sahabat yang tidak percaya tentang kewafatan Nabi itu. (Sahih Bukhari bab Ketakwaan Sahabat).


Sabtu, 28 Januari 2012

Fenomena Ziarah Kubur


              “Dahulu di kala saya berziarah ke makam-makam sang Kyai dan makam para wali, khususnya makam Wali Songo, saya melihat keindahan bangunan dan kemegahannya, mulai dari nisan/kijing, cungkup/kubah, sampai masjid dan mushalla, lengkap dengan lampu neon yang meneranginya. Dari pintu gerbang sampai makrobah, dan pedagang pun sangat banyak , layaknya pasar malam. Berbagai kemaksiatan pun terjadi. Mulai bercampur baurnya laki-laki dan perempuan, kebid’ahan, serta kesyirikan. Kalau itu  saya pun termasuk pelaku di dalamnya, dan saya tidak merasa melakukan dosa dan kesalahan. Alhamdulillah, Allah SWT tidak menakdirkan saya mati pada saat itu, ketika sedang melakukan ibadah bid’ah dan keyakinan syirik.”
                Demikianlah penuturan salah satu Kyai yang telah bertaubat dan amalan-amalan yang tidak pernah disyariatkan bahkan ditentang oleh agama yang mulia ini. Semoga Allah SWT merahmati sang Kyai[1] dan kita semua. Aamiin.

Hukum Ziarah Kubur
                Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya dahulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah ke kubur [karena itu akan mengingatkan kalian akan akhirat] [maka barang siapa hendak berziarah maka berziarahlah , dan jangan berkata dengan perkataan yang bathil].” (HR. Muslim, Abu Dawud, Baihaqi, Nasai, & Ahmad)
                Hadits di atas menjelaskan bahwa di awal Islam ziarah kubur dilarang, kemudian disyari’atkan dengan hikmah yang besar, yaitu untuk mengingat kematian sehingga dapat melunakkan hati yang keras.
                Maka apabila ziarah kubur diniatkan selain di atas seperti berdo’a kepada si mayit dan beristighasah padanya, thawa, mencari keberkahan, menambah rezeki dll, demikian juga menyatakan (mengklaim) bahwa si penghuni kubur adalah calon penghuni surge. Hukumnya adalah haram bahkan ia telah berbuat kesyirikan.[2]

Standar Kebenaran Ada Pada Al-Qur’an & Hadits Nabi SAW Bukan Pada Kenyataan !  
            Sebagian orang beralasan akan bolehnya berdo’a di kuburan dan amalan ibadah lainnya, karena dapat merasakan ketenangan hati, terkabulkan do’a, terpenuhi hajat-hajat, terhindar dari malapapetaka, menemui kejadian yang menakjubkan atau karomah, dan lain-lainnya.
                Maka, ketahuilah wahai saudaraku bahwasanya standar kebenaran ada pada Allah SWT dan Rasul-Nya SAW bukan pada perasaan dan hal-hal yang aneh. Semuanya harus ditimbang dengan Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW yang shahih, apabila sesuai kita terima, namun apbila bertentangan maka kita tolak dari manapun datangnya.
                Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata : “Dijumpai pada ahli syirik dan ahli bid’ah dai kalangan kaum muslimin yang mereka telah menyerupai para penyembah berhala dan orang Nasrani yang tersesat, dimana mereka menjumpai karomah pada kuburan lalu mengira itu dari Allah SWT padahal itu adalah itu adalah dari setan. Semisal mereka meletakkan celana-celana di sisi kuburan tiba-tiba celana tersebut terpintal, atau meletakkan orang yang pingsan dan kerasukan jin lalu mereka melihat setan kabur darinya. Sesungguhnya setan melakukan ini semua untuk menyesatkan mereka. Padahal cukup dibacakan Laa Ilaaha Illallah maka ia akan terjatuh. Atau sebagian mereka melihat kuburan terbuka dan keluar sosok manusia yang dikira itu adalah si mayit padahal itu adalah setan.” (Al-Furqan Baina Auliya’ Ar-Rahman wa Auliya’ asy-Syaithan hlm. 319)

Kuburan Bukan Tempat Ibadah
        Rasulullsh SAW bersabda : “Jangan jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan karena setan akan lari dari rumah yang di situ dibacakan surat Al-Baqarah.” (HR.Muslim : 780, Tirmidzi : 2880)
                Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : “Jangan biarkan rumah-rumah kalian kosong dari shalat, do’a, dan bacaan Al-Qur’an karena nanti akan serupa dengan kuburan. Maka Nabi SAW memerintahkan agar beribadah di rumah-rumah dan melarang beribadah di kuburan, berbeda dengan orang-orang musyrik dari kalangan Nasrani dan yang semisalnya dari umat ini.”[3]

Macam-Macam Ziarah Kubur[4]
Ziarah kubur terbagi menjadi tiga macam :
1.       Ziarah kubur yang disyariatkan

Sebagaimana dalam hadits Buraidah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “Sungguh aku dahulu melarang kalian berziarah kubur maka berziarahlah (sekarang) karena ia dapat mengingat kan kampung akhirat.” (HR.Muslim : 977)
Namun , ziarah kubur dianggap syar’I jika dilakukan adab-adab berikut :
Pertama: Niat orang yang berziarah adalah untuk mengingat akhirat dan mengambil nasihat darinya.
Kedua: Ingin mendo’akan si mayit agar mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah SWT, bukan malah ia berdo’a dan meminta-minta kepada mayit tersebut.
Ketiga: Tidak ada syaddur rihaal (melakukan perjalanan yang jauh) tatkala ziarah, karena telah ada larangan dari Rasulullah SAW, sabda beliau: “Jangan kalian melakukan syaddur rihaal (perjalanan jauh) kecuali ketiga masjid, Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjidil Aqsha.” (HR.Bukhari: 1197, 1995, dan Muslim: 827)


2.       Ziarah Bid’ah
Ziarah bid’ah adalah ziarah yang dilakukan pelakunya yang tidak sesuai dengan petunjuk NAbi SAW dalam berziarah. Semisal berziarah untuk berdo’a kepada Allah SWT karena lebih khusyuk dilakukan di sana atau shalat dan I’tikaf di sisi kuburan. Atau bertawassul melalui jah (kedudukan) pada sebagian orang kepada Allah SWT, semisal, ia mengucapkan: “Aku meminta kepada-Mu Ya Allah SWT melalui jah (kedudukan) si fulan,” Padahal si fulan telah mati atau tidak ada di hadapannyadengan dugaan si Fulan memliki kedudukan di sisi Allah SWT. Walaupun ia tidak meminta kepada selain Allah dan tidak menyembah selain-Nya, maka ia telah beribadah kepada Allah SWT dengan tata cara yang tidak disyariatkan, telah berbuat bi’ah dalam agama, melampui batas dalam berdo’a, berdo’a pada Allah SWT tanpa mengindahkan ketentuan syari’at dalam berdo’a.

3.       Ziarah Syirik
Ziarah syirik adalah berziarah dengan tujuan agar memeperoleh manfaat dan menolak madharat dari si mayit. Semisal minta kesembuhan, minta rezeki, cepat mendapatkan jodoh, anak dan lain sebagainya dari kebutuhan-kebutuhannya. Maka ini adalah syirik besar yang tidak diampunkan pelakunya kecuali dengan taubat yang sesungguhnya.

 Benarkah Kisah Mereka ?

1.       Imam Syafi’i ngalap berkah
Konon dikisahkan bahwasanya Imama Syafi’I pernah berkata: “Saya ngalap berkah dengan Imam Abu Hanifah. Aku mendatangi kuburan setiap hari. Apabila aku ada hajat aku dating ke kuburannya, shalat dua rakaat di sisi kuburan Abu Hanifah, kemudian tak lama dari itu Allah SWT mengabulkan do’aku.”
        Derajat Kisah: Kisah ini Bathil, dicantumkan al-Khatib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad 1/123 dari jalur Umaar bin Ishaq bin Ibrahim dari Ali bin Maimun dari Syafi’i. Riwayat ini lemah bahkan bathil karena Ishaq tidak dikenal dan tidak disebutkan dalm kitab-kitab perawi hadits. Imam Ibnul Qayyim berkata: “Kisah ini termasuk kedustaan yang sangat nyata.”[5]

2.       Wisata Bilal ke kuburan Nabi SAW
Tatkala sahabat Bilal berada di Syam, dia pernah bermimpi melihat Nabi SAW dalm tidurnya. Dalam mimpi itu Nabi SAW bersabda: “Kekasaran apakah ini, wahai Bilal ? Bukankah telah tiba saatnya engaku mengunjungiku ?”
        Singkat cerita, ia pun berangkat ke Madinah menuju kuburan Nabi SAW sambil menangis dan menempelkan pipinya di kuburan Nabi SAW.
        Derajat Kisah: Mungkar, karena dalam kisah ini terdapat rawi yang bernama Ibrahim bin Muhammad bin Sulaiman bin Bilal dan Sulaiman bin Bilal bin Abdu Darda’ sedang keduanya tidak dikenal (majhul). Berkata al-Hafizh: “Kisah ini sangat jelas palsunya.”[6]

Ternyata Haditsnya Lemah !
Yaitu hadits yang sering dijadikan pegangan mereka, semisal hadits:

“Barang yang menziarahi kubur kedua orang tuanya setiap Jum’at dan membacakan surat Yasin (diatasnya) maka ia akan diampuni (dosanya) sebanyak ayat atau huruf yang dibaca.” (Hadits Palsu[7])


Penutup
       Demikianlah penjelasan seputar ziarah kubur, sekali lagi kami katakan, bahwa kami tidak melarang ziarah kubur karena ia adalah syari’at Islam. Barangsiapa yang mengingkarinya adalah fenomena-fenomena ziarah kubur yang telah dikotori dengan noda-noda syirik dan bid’ah. Sehingga ia menjadi jalannya setan untuk menyesatkan manusia.
Semoga tulisan ini bias menjadi pencerahan bagi kita semua. Aamiin.


[1] Beliau adalah Kyai Afrokhi Abdul Ghoni penulis “Buku Putih Kyai NU” sebagai bentuk taubat beliau kepada Allah SWT hlm. 119.
[2] Lihat kitab Ahkaamul Janaaiz, no. 227
[3]  Fathul Majilid Syarh Kitaabut Tauhid 1/426 tahqiq Syaikh Dr. Al-Wadid bin Abdurrahman bin Muhammad alu Furayyan
[4]  Lihat Khulashaatul Kalam Fii Arkaanil Islaam : 38-39 oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Muhammad bin Ahmad     Ath-Thayyar
[5]  Dinukil dari Website Ustadzuna Abu Ubaidah
[6]  Lihat secara rinci buku Waspada Kisah-Kisah Tak Nyata, Ustadz Abu Ubaidah: 53-55
[7]  Lihat silsilah Ahaadits adh-Dha’fah no 50, dinukil dari buku Yasinan kar. Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas, hlm. 43-44.