Al-Qur'anul Karim

Al-Qur'anul Karim

Sabtu, 28 Januari 2012

Fenomena Ziarah Kubur


              “Dahulu di kala saya berziarah ke makam-makam sang Kyai dan makam para wali, khususnya makam Wali Songo, saya melihat keindahan bangunan dan kemegahannya, mulai dari nisan/kijing, cungkup/kubah, sampai masjid dan mushalla, lengkap dengan lampu neon yang meneranginya. Dari pintu gerbang sampai makrobah, dan pedagang pun sangat banyak , layaknya pasar malam. Berbagai kemaksiatan pun terjadi. Mulai bercampur baurnya laki-laki dan perempuan, kebid’ahan, serta kesyirikan. Kalau itu  saya pun termasuk pelaku di dalamnya, dan saya tidak merasa melakukan dosa dan kesalahan. Alhamdulillah, Allah SWT tidak menakdirkan saya mati pada saat itu, ketika sedang melakukan ibadah bid’ah dan keyakinan syirik.”
                Demikianlah penuturan salah satu Kyai yang telah bertaubat dan amalan-amalan yang tidak pernah disyariatkan bahkan ditentang oleh agama yang mulia ini. Semoga Allah SWT merahmati sang Kyai[1] dan kita semua. Aamiin.

Hukum Ziarah Kubur
                Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya dahulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah ke kubur [karena itu akan mengingatkan kalian akan akhirat] [maka barang siapa hendak berziarah maka berziarahlah , dan jangan berkata dengan perkataan yang bathil].” (HR. Muslim, Abu Dawud, Baihaqi, Nasai, & Ahmad)
                Hadits di atas menjelaskan bahwa di awal Islam ziarah kubur dilarang, kemudian disyari’atkan dengan hikmah yang besar, yaitu untuk mengingat kematian sehingga dapat melunakkan hati yang keras.
                Maka apabila ziarah kubur diniatkan selain di atas seperti berdo’a kepada si mayit dan beristighasah padanya, thawa, mencari keberkahan, menambah rezeki dll, demikian juga menyatakan (mengklaim) bahwa si penghuni kubur adalah calon penghuni surge. Hukumnya adalah haram bahkan ia telah berbuat kesyirikan.[2]

Standar Kebenaran Ada Pada Al-Qur’an & Hadits Nabi SAW Bukan Pada Kenyataan !  
            Sebagian orang beralasan akan bolehnya berdo’a di kuburan dan amalan ibadah lainnya, karena dapat merasakan ketenangan hati, terkabulkan do’a, terpenuhi hajat-hajat, terhindar dari malapapetaka, menemui kejadian yang menakjubkan atau karomah, dan lain-lainnya.
                Maka, ketahuilah wahai saudaraku bahwasanya standar kebenaran ada pada Allah SWT dan Rasul-Nya SAW bukan pada perasaan dan hal-hal yang aneh. Semuanya harus ditimbang dengan Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW yang shahih, apabila sesuai kita terima, namun apbila bertentangan maka kita tolak dari manapun datangnya.
                Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata : “Dijumpai pada ahli syirik dan ahli bid’ah dai kalangan kaum muslimin yang mereka telah menyerupai para penyembah berhala dan orang Nasrani yang tersesat, dimana mereka menjumpai karomah pada kuburan lalu mengira itu dari Allah SWT padahal itu adalah itu adalah dari setan. Semisal mereka meletakkan celana-celana di sisi kuburan tiba-tiba celana tersebut terpintal, atau meletakkan orang yang pingsan dan kerasukan jin lalu mereka melihat setan kabur darinya. Sesungguhnya setan melakukan ini semua untuk menyesatkan mereka. Padahal cukup dibacakan Laa Ilaaha Illallah maka ia akan terjatuh. Atau sebagian mereka melihat kuburan terbuka dan keluar sosok manusia yang dikira itu adalah si mayit padahal itu adalah setan.” (Al-Furqan Baina Auliya’ Ar-Rahman wa Auliya’ asy-Syaithan hlm. 319)

Kuburan Bukan Tempat Ibadah
        Rasulullsh SAW bersabda : “Jangan jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan karena setan akan lari dari rumah yang di situ dibacakan surat Al-Baqarah.” (HR.Muslim : 780, Tirmidzi : 2880)
                Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : “Jangan biarkan rumah-rumah kalian kosong dari shalat, do’a, dan bacaan Al-Qur’an karena nanti akan serupa dengan kuburan. Maka Nabi SAW memerintahkan agar beribadah di rumah-rumah dan melarang beribadah di kuburan, berbeda dengan orang-orang musyrik dari kalangan Nasrani dan yang semisalnya dari umat ini.”[3]

Macam-Macam Ziarah Kubur[4]
Ziarah kubur terbagi menjadi tiga macam :
1.       Ziarah kubur yang disyariatkan

Sebagaimana dalam hadits Buraidah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “Sungguh aku dahulu melarang kalian berziarah kubur maka berziarahlah (sekarang) karena ia dapat mengingat kan kampung akhirat.” (HR.Muslim : 977)
Namun , ziarah kubur dianggap syar’I jika dilakukan adab-adab berikut :
Pertama: Niat orang yang berziarah adalah untuk mengingat akhirat dan mengambil nasihat darinya.
Kedua: Ingin mendo’akan si mayit agar mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah SWT, bukan malah ia berdo’a dan meminta-minta kepada mayit tersebut.
Ketiga: Tidak ada syaddur rihaal (melakukan perjalanan yang jauh) tatkala ziarah, karena telah ada larangan dari Rasulullah SAW, sabda beliau: “Jangan kalian melakukan syaddur rihaal (perjalanan jauh) kecuali ketiga masjid, Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjidil Aqsha.” (HR.Bukhari: 1197, 1995, dan Muslim: 827)


2.       Ziarah Bid’ah
Ziarah bid’ah adalah ziarah yang dilakukan pelakunya yang tidak sesuai dengan petunjuk NAbi SAW dalam berziarah. Semisal berziarah untuk berdo’a kepada Allah SWT karena lebih khusyuk dilakukan di sana atau shalat dan I’tikaf di sisi kuburan. Atau bertawassul melalui jah (kedudukan) pada sebagian orang kepada Allah SWT, semisal, ia mengucapkan: “Aku meminta kepada-Mu Ya Allah SWT melalui jah (kedudukan) si fulan,” Padahal si fulan telah mati atau tidak ada di hadapannyadengan dugaan si Fulan memliki kedudukan di sisi Allah SWT. Walaupun ia tidak meminta kepada selain Allah dan tidak menyembah selain-Nya, maka ia telah beribadah kepada Allah SWT dengan tata cara yang tidak disyariatkan, telah berbuat bi’ah dalam agama, melampui batas dalam berdo’a, berdo’a pada Allah SWT tanpa mengindahkan ketentuan syari’at dalam berdo’a.

3.       Ziarah Syirik
Ziarah syirik adalah berziarah dengan tujuan agar memeperoleh manfaat dan menolak madharat dari si mayit. Semisal minta kesembuhan, minta rezeki, cepat mendapatkan jodoh, anak dan lain sebagainya dari kebutuhan-kebutuhannya. Maka ini adalah syirik besar yang tidak diampunkan pelakunya kecuali dengan taubat yang sesungguhnya.

 Benarkah Kisah Mereka ?

1.       Imam Syafi’i ngalap berkah
Konon dikisahkan bahwasanya Imama Syafi’I pernah berkata: “Saya ngalap berkah dengan Imam Abu Hanifah. Aku mendatangi kuburan setiap hari. Apabila aku ada hajat aku dating ke kuburannya, shalat dua rakaat di sisi kuburan Abu Hanifah, kemudian tak lama dari itu Allah SWT mengabulkan do’aku.”
        Derajat Kisah: Kisah ini Bathil, dicantumkan al-Khatib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad 1/123 dari jalur Umaar bin Ishaq bin Ibrahim dari Ali bin Maimun dari Syafi’i. Riwayat ini lemah bahkan bathil karena Ishaq tidak dikenal dan tidak disebutkan dalm kitab-kitab perawi hadits. Imam Ibnul Qayyim berkata: “Kisah ini termasuk kedustaan yang sangat nyata.”[5]

2.       Wisata Bilal ke kuburan Nabi SAW
Tatkala sahabat Bilal berada di Syam, dia pernah bermimpi melihat Nabi SAW dalm tidurnya. Dalam mimpi itu Nabi SAW bersabda: “Kekasaran apakah ini, wahai Bilal ? Bukankah telah tiba saatnya engaku mengunjungiku ?”
        Singkat cerita, ia pun berangkat ke Madinah menuju kuburan Nabi SAW sambil menangis dan menempelkan pipinya di kuburan Nabi SAW.
        Derajat Kisah: Mungkar, karena dalam kisah ini terdapat rawi yang bernama Ibrahim bin Muhammad bin Sulaiman bin Bilal dan Sulaiman bin Bilal bin Abdu Darda’ sedang keduanya tidak dikenal (majhul). Berkata al-Hafizh: “Kisah ini sangat jelas palsunya.”[6]

Ternyata Haditsnya Lemah !
Yaitu hadits yang sering dijadikan pegangan mereka, semisal hadits:

“Barang yang menziarahi kubur kedua orang tuanya setiap Jum’at dan membacakan surat Yasin (diatasnya) maka ia akan diampuni (dosanya) sebanyak ayat atau huruf yang dibaca.” (Hadits Palsu[7])


Penutup
       Demikianlah penjelasan seputar ziarah kubur, sekali lagi kami katakan, bahwa kami tidak melarang ziarah kubur karena ia adalah syari’at Islam. Barangsiapa yang mengingkarinya adalah fenomena-fenomena ziarah kubur yang telah dikotori dengan noda-noda syirik dan bid’ah. Sehingga ia menjadi jalannya setan untuk menyesatkan manusia.
Semoga tulisan ini bias menjadi pencerahan bagi kita semua. Aamiin.


[1] Beliau adalah Kyai Afrokhi Abdul Ghoni penulis “Buku Putih Kyai NU” sebagai bentuk taubat beliau kepada Allah SWT hlm. 119.
[2] Lihat kitab Ahkaamul Janaaiz, no. 227
[3]  Fathul Majilid Syarh Kitaabut Tauhid 1/426 tahqiq Syaikh Dr. Al-Wadid bin Abdurrahman bin Muhammad alu Furayyan
[4]  Lihat Khulashaatul Kalam Fii Arkaanil Islaam : 38-39 oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Muhammad bin Ahmad     Ath-Thayyar
[5]  Dinukil dari Website Ustadzuna Abu Ubaidah
[6]  Lihat secara rinci buku Waspada Kisah-Kisah Tak Nyata, Ustadz Abu Ubaidah: 53-55
[7]  Lihat silsilah Ahaadits adh-Dha’fah no 50, dinukil dari buku Yasinan kar. Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas, hlm. 43-44.